Tanaman karet diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1864. Pada awalnya ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi, baru kemudian dikembangkan di beberapa daerah seperti daerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat sebagai tanaman perkebunan komersial. Karet mulai dikembangkan di Sumatra bagian timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906. Karet merupakan komoditi perkebunan primadona ekspor. Indonesia menempati peringkat kedua sebagai produsen karet alam terbesar di dunia, bersama Thailand dan Malaysia memberikan kontribusi sebesar 75% terhadap total produksi karet alam dunia. Indonesia, khususnya, memberikan kontribusi sebesar 26% dalam mengekspor karet untuk pasar internasional. Diprediksi bahwa pada tahun 2020 konsumsi karet alam dunia akan terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,6% per tahun. Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Cina merupakan konsumen besar karet alam. Pada tahun 2019 sektor industri pengolahan karet nasional berkontribusi cukup besar terhadap perolehan devisa dengan jumlah sebesar 3,422 miliar dolar Amerika. Hingga kini, terdapat 163 industri karet alam dengan serapan tenaga kerja langsung sebanyak 60.000 orang. Produksi karet alam mencapai 3,3 juta ton, meliputi SIR (crumb rubber), lateks pekat, dan RSS (ribbed smoked sheet). Sebesar 20% dari jumal tersebut diolah di dalam negeri oleh industry hilir menjadi ban, vulkanisir, alas kaki, rubber articles, maupun manufaktor rubber goods (MRG) lainnya. Sementara sebesar 80% produksi karet alam Indonesia dieskpor ke luar.
PTPN I adalah salah satu subsidiary Holding BUMN Perkebunan yang mengelola komoditas kelapa sawit dan karet dengan wilayah usaha tersebar di Provinsi Aceh. Produk akhir yang dihasilkan berupa CPO dan Lump.
PTPN I adalah salah satu subsidiary Holding BUMN Perkebunan yang mengelola komoditas kelapa sawit dan karet dengan wilayah usaha tersebar di Provinsi Aceh. Produk akhir yang dihasilkan berupa CPO dan Lump.
PALM SALES INDEX IN INDONESIA